Habal – mengisahkan perjalanan dua insan yang terjebak dalam hubungan yang seolah masih utuh, namun sebenarnya telah kehilangan makna. Arga dan Naya telah menikah selama tujuh tahun. Di mata dunia, mereka pasangan sempurna — sukses, mapan, dan tanpa skandal. Namun di balik dinding rumah megah mereka, tersimpan kehampaan yang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata.
Arga, seorang fotografer profesional, mulai merasa kehidupannya monoton. Ia kehilangan semangat untuk berkarya, bahkan potret Naya yang dulu selalu jadi sumber inspirasinya kini terasa asing. Sementara Naya, seorang desainer interior, terus berusaha menambal keretakan dengan kesibukan kerja dan senyum palsu. Hubungan mereka berjalan, tapi tanpa arah — seperti perahu yang kehilangan angin.
Suatu hari, dalam perjalanan proyek di Yogyakarta, Arga bertemu dengan Tari, seorang penulis novel muda yang berjiwa bebas dan penuh spontanitas. Di film Habal Tari berbeda dari Naya — ia berbicara jujur, tertawa lepas, dan menantang Arga untuk menemukan kembali dirinya yang dulu. Bersama Tari, Arga merasa hidupnya berwarna lagi. Tapi di sisi lain, setiap kali ia melihat mata Naya dalam video call malam hari, rasa bersalah menyelinap tanpa permisi.
Sementara itu, Naya juga merasakan perubahan. Ia tahu Arga mulai menjauh, namun tak tahu bagaimana harus menahannya. Ia tidak marah, tidak juga menangis. Yang tersisa hanyalah rasa dingin yang menelusup perlahan. Dalam keheningan, Naya bertanya pada dirinya sendiri: apakah cinta memang harus selalu terasa membara? Ataukah justru yang sejati adalah ketika dua orang tetap bertahan, meski tak lagi berdebar?
Saksikan FIlm Semi yang menarik hanya di Nonton Film dengan koleksi film semi terlengkap
Konflik semakin rumit ketika Tari mengetahui bahwa Arga masih menikah. Hatinya hancur, tapi ia juga tak sanggup menolak kenyataan bahwa ia jatuh cinta pada lelaki yang sudah beristri. Tari memilih pergi diam-diam, meninggalkan pesan pendek di layar ponsel Arga: “Terima kasih sudah mengingatkanku bahwa hidup harus jujur, bahkan pada luka.”
Arga pulang dengan hati kacau. Di rumah, Naya sudah menunggunya dengan wajah tenang. Tanpa marah, tanpa tangisan, hanya dengan suara pelan ia berkata, “Kalau kamu lelah mencintaiku, tak apa. Aku hanya ingin kamu jujur.” dalam film habal.
Malam itu, dua hati yang pernah berpaut akhirnya bicara jujur untuk pertama kalinya setelah sekian lama.
Dalam keheningan yang panjang, Arga menangis — bukan karena kehilangan Tari, tapi karena sadar bahwa ia telah lama kehilangan dirinya sendiri. Naya pun menyadari, cinta bukan hanya soal perasaan yang menggebu, tapi keberanian untuk tetap bertahan meski terasa hambar.
Akhir film menutup dengan adegan sederhana: Arga dan Naya duduk di beranda rumah mereka. Tak ada kata cinta, tak ada pelukan hangat. Hanya secangkir kopi yang mulai dingin di antara mereka. Tapi untuk pertama kalinya, keheningan itu terasa jujur.
Film “habal” bukan kisah perselingkuhan biasa. Ia adalah potret realitas banyak pasangan yang terjebak dalam rutinitas tanpa arah. Melalui karakter Arga dan Naya, film habal mengajak penonton merenungkan: apakah cinta harus selalu berbunga-bunga, atau justru bertahan meski tanpa rasa adalah bentuk cinta yang paling dewasa?
Setiap adegan dibuat dengan pencahayaan lembut, penuh simbolisme: cahaya senja yang redup, suara kamera yang berhenti berklik, atau meja makan kosong yang dulu selalu penuh tawa. Semua menggambarkan perjalanan dua jiwa yang mencoba menemukan makna cinta sejati di tengah kebisuan.
“habal” bukan sekadar film, tapi cermin kehidupan. Ia mengajarkan bahwa cinta bukan selalu tentang gairah, tapi tentang keberanian untuk jujur dan bertahan ketika semuanya mulai terasa biasa. Karena pada akhirnya, setiap hubungan akan diuji bukan oleh seberapa besar rasa, melainkan oleh seberapa kuat dua hati tetap memilih untuk tidak pergi.

 
 







